Selasa, 16 Februari 2021

Hakikat Nikah



Nasehat ini untuk semuanya ..........
Untuk mereka yang sudah memiliki arah.........
Untuk mereka yang belum memiliki arah.........
dan untuk mereka yang tidak memiliki arah.
nasehat ini untuk semuanya.......
Semua yang menginginkan kebaikan.
Nikah itu ibadah.......
Nikah itu suci........... ingat itu......
Memang nikah itu bisa karena harta, bisa karena
kecantikan, bisa karena keturunan dan bisa karena agama.
Jangan engkau jadikan harta, keturunan maupun kecantikan sebagai alasan.....
karena semua itu akan menyebabkan celaka.
Jadikan agama sebagai alasan..... Engkau akan mendapatkan kebahagiaan.

Tidak dipungkiri bahwa keluarga terbentuk karena cinta....
Namun...... jika cinta engkau jadikan sbg landasan,
maka keluargamu akan rapuh, akan mudah hancur.
Jadikanlah " ALLOH " sebagai landasan......
Niscaya engkau akan selamat, Tidak saja dunia, tapi juga akherat.......
Jadikanlah ridho Alloh sebagai tujuan......
Niscaya mawaddah, sakinah dan rahmah akan tercapai.

Jangan engkau menginginkan menjadi raja dalam "istanamu".....
disambut istri ketika datang dan dilayani segala kebutuhan.......
Jika ini kau lakukan "istanamu" tidak akan langgeng..

Lihatlah manusia ter-agung Muhammad saw....
tidak marah ketika harus tidur di depan pintu, beralaskan
sorban, karena sang istri tercinta tdk mendengar kedatangannya.

Tetap tersenyum meski tidak mendapatkan makanan
tersaji dihadapannya ketika lapar........
Menjahit bajunya yang robek........

Jangan engkau menginginkan menjadi ratu dalam "istanamu".....
Disayang, dimanja dan dilayani suami......
Terpenuhi apa yang menjadi keinginanmu....
Jika itu engkau lakukan, "istanamu" akan menjadi neraka bagimu

Jangan engkau terlalu cinta kepada istrimu.........
Jangan engkau terlalu menuruti istrimu......
Jika itu engkau lakukan akan celaka....
Engkau tidak akan dapat melihat yang hitam dan yang putih,
tidak akan dapat melihat yang benar dan yang salah.....
Lihatlah bagaimana Alloh menegur " Nabi "-mu
tatkala mengharamkan apa yang Alloh halalkan hanya karena
menuruti kemauan sang istri.

Tegaslah terhadap istrimu.....
Dengan cintamu, ajaklah dia taat kepada Alloh.......
Jangan biarkan dia dengan kehendaknya......
Lihatlah bagaimana istri Nuh dan Luth.....
Di bawah bimbingan manusia pilihan, justru mereka menjadi penentang.....
Istrimu bisa menjadi musuhmu....
Didiklah istrimu...
Jadikanlah dia sebagai Hajar, wanita utama yang loyal terhadap tugas suami, Ibrahim.
Jadikan dia sebagai Maryam, wanita utama yang bisa menjaga kehormatannya......
Jadikan dia sebagai Khodijah, wanita utama yang bisa mendampingi sang suami Muhammad saw menerima tugas risalah.....

Istrimu adalah tanggung jawabmu....
Jangan kau larang mereka taat kepada Alloh.....
Biarkan mereka menjadi wanita sholilah...
Biarkan mereka menjadi hajar atau Maryam....
Jangan kau belenggu mereka dengan egomu...

Jika engkau menjadi istri...
Jangan engkau paksa suamimu menurutimu...
Jangan engkau paksa suamimu melanggar Alloh......
Siapkan dirimu untuk menjadi Hajar, yang setia terhadap tugas suami.....
Siapkan dirimu untuk menjadi Maryam, yang bisa menjaga kehormatannya....
Siapkan dirimu untuk menjadi Khodijah, yang bisa yang bisa mendampingi suami menjalankan misi.

Jangan kau usik suamimu dengan rengekanmu....
Jangan kau usik suamimu dengan tangismu....
Jika itu kau lakukan..... Kecintaannya terhadapmu akan
memaksanya menjadi pendurhaka...... jangan..........

Jika engkau menjadi Bapak......
Jadilah bapak yang bijak seperti Lukmanul Hakim
Jadilah bapak yang tegas seperti Ibrahim
Jadilah bapak yang kasih seperti Muhammad saw
Ajaklah anak-anakmu mengenal Alloh..........
Ajaklah mereka taat kepada Alloh.......
Jadikan dia sebagai Yusuf yang berbakti.......
Jadikan dia sebagai Ismail yang taat.......
Jangan engkau jadikan mereka sebagai Kan'an yang durhaka.

Mohonlah kepada Alloh..........
Mintalah kepada Alloh, agar mereka menjadi anak yang sholih.....
Anak yang bisa membawa kebahagiaan.

Jika engkau menjadi ibu....
Jadilah engaku ibu yang bijak, ibu yang teduh....
Bimbinglah anak-anakmu dengan air susumu....
Jadikanlah mereka mujahid.........
Jadikanlah mereka tentara-tentara Alloh.....
Jangan biarkan mereka bermanja-manja.....

Rabu, 18 Mei 2011

khutbah

Assalamu’alaikum Warahmatullahi Wabarakatuhu
KHATIB DUDUK SEJENAK (Dikumandangkan Adzan)
KEMUDIAN BERDIRI MENYAMPAIKAN KHUTBAH I
Alhamdulillahirabbil’alamiin, wabihii nasta’innu ala umuriddunya waddin. Asyhadu anla’ ilaha ilallahu wahdahula syarikalahu wa’asyhadu anna muhamaddan abduhu warasulluh. Allahuma shalii a’la muhammad wa ala ali muhammad.
Qolallahu ta’alaa fil qur’anil kariim :
Yaa ayuhaladzinaa ammanu taqullaha haqotuqotihii wa laa tamutunaa ilaa wa antum muslimuun.
Para jamaah yang Insya Allah selalu dilindungi oleh Allah SWT
Pertama sekali, marilah kita memanjatkan puji syukur yang tiada terhingga kepada Allah SWT, karena Dia telah memberi kita karunia dan nikmat yang sangat besar. Karunia dan nikmat itu ialah umur yang panjang, kesehatan yang baik, dan kesempatan yang luang sehingga kita semua bisa hadir di sini untuk mendirikan shalat Jumat berjamaah.
Semoga shalawat dan salam senantiasa tercurah kepada Nabi Besar junjungan alam, Nabi kekasih Allah, Nabi Muhammad SAW, Nabi yang menjadi panutan kita hingga akhir zaman.
Para jamaah sidang shalat Jumat yang senantisa diRahmati Allah,
Marilah kita bertaqwa kepada Allah dengan taqwa yang sebenar-benarnya, seperti yang disampaikan dalam Al Qur’an : Yaa ayuhaladzinaa ammanu taqullaha haqotuqotihii wa laa tamutunaa ilaa wa antum muslimuun. “Hai orang-orang yang beriman, bertaqwalah kepada Allah dengan sebenar-benar taqwa, dan janganlah kamu mati kecuali dalam keadaan beriman.”
Arti taqwa itu sendiri adalah melaksanakan semua perintah Allah dengan tulus ikhlas dan menjauhi segala larangan dengan penuh tawadhu. Wujud taqwa salah satunya adalah memiliki pemahaman bahwa sesama muslim adalah saudara Oleh karena itu menyakiti dan mencaci maki orang muslim adalah dosa besar. Sifat ini tercela sekali dan merupakan ciri-ciri orang munafik.
Muslim adalah saudara ibarat satu tubuh. Salah satu bagian tubuh dicubit, maka yang lainnya ikut merasakan sakit. Persaudaraan muslim sudah diikat dengan dua kalimat syahadat, yaitu kesaksian dan pengakuan bahwa tidak ada Tuhan melainkan Allah dan Muhammad adalah Rasul Allah. Semua muslim menyatakan demikian, artinya terdapat kesamaan dan keseragaman pandangan hidup maupun akidah. Karena itu, sebenarnya muslim itu satu saudara. Tetapi umat muslim seringkali menjadi terpecah-belah, semua itu akibat ulah dari orang-orang munafik.
Para hadirin rahimakumullah,
Orang munafik tidak pernah menghiraukan bahwa sesama muslim tidak boleh menyakiti, baik melalui cacian, tindakan, menyebar isu bohong dan sebagainya.
Fasik adalah perilaku yang bertolak belakang antara lahiriah dan hatinya. Itulah orang munafik, sebab yang ditampakkan terasa indah, yang disimpan dalam hati terasa busuk.
Sebagai muslim hendaknya sadar betul, bahwa menggunjing aib dan kesalahan sesama muslim itu dilarang. Meskipun orang itu benar-benar berbuat dosa, maka kita tidak boleh menceritakan pada orang lain. Menceritakan kejelekan orang lain, padahal nyatanya buruk, berarti membuka aib seseorang.
Apabila kita melihat seorang muslim melakukan dosa atau kesalahan, kemudian kita mencacinya, maka sikap kita itu bukanlah mencerminkan pribadi muslim. Seperti yang ditulis dalam Al-Qur`an QS. Al Ahzab ayat 58
“ Dan orang-orang yang menyakiti orang-orang beriman, baik laki-laki maupun perempuan, tanpa kesalahan yang mereka perbuat, maka sesungguhnya mereka telah memikul kebohongan dan dosa yang nyata.”
Demikianlah sedikit apa yang bisa saya sampaikan pada khutbah Jumat ini. Mudah-mudahan dapat bermanfaat dan terutama bagi khatib dan juga para jamaah sekalian.
Barakallahu lii walakum.


Materi Khutbah II
KHATIB DUDUK SEJENAK, KEMUDIAN BERDIRI KEMBALI MENYAMPAIKAN KHUTBAH II

Alhamdulillahirabbil ‘alamin, hamdan syakirin, hamdan na’imiin wa yu’kafii humazidah yaa rabbana lakal hamdu kamaa yanbaghi lii jalali wajhikal karrimi wa adhiimi sulthaniq. Allahuma shalii alaa muhammad wa ala alii muhammad wa bariik alaa muhammad wa ala alii muhammad fil ala minna innaka hamiddun majid.
Janganlah kita berhenti untuk mengingat Allah dan bertaqwa serta senantiasa menjaga iman kita hingga akhir hayat “Hai orang-orang yang beriman, bertaqwalah kepada Allah dengan sebenar-benar taqwa, dan janganlah kamu mati kecuali dalam keadaan beriman.”
Pada khutbah kedua ini, disimpulkan bahwa sesama muslim adalah saudara, sesama muslim tidak boleh menyakiti, baik melalui cacian, tindakan, menyebar isu bohong dan sebagainya. Menceritakan kejelekan orang lain, padahal nyatanya buruk, berarti membuka aib seseorang, dan orang yang membuka aib saudaranya sendiri diibaratkan seperti memakan bangkai saudaranya sendiri.
Marilah kita untuk selalu menjauhkan sifat menyakiti dan mencaci maki sesama muslim terutama dalam kehidupan sehari-hari. Semoga Allah SWT senantisa memberikan petunjuk bahwa yang benar itu adalah benar dan kita diberikan kekuatan untuk melaksanakannya, dan Allah SWT juga memberikan petunjuk sesuatu yang salah itu memang salah dan kita diberi kekuatan untuk menghindarinya.
Rabbanaa aatiina fiddunyaa khasanaah wa filakhiiratii khasanaah wa qiinaa adzabanaar.
Ya Allah berikan kami kebaikan di dunia dan kebaikan di akhirat, dan jauhkan kami dari siksa api neraka.
Bilahittaufiq wal hidayah, aqiimuu shalat.

Senin, 06 September 2010

laylatur Qodar



ADA satu malam rahsia yang amat istimewa pada Ramadan tetapi waktu sebenar berlakunya malam itu dirahsiakan Allah SWT daripada pengetahuan manusia.
Pada malam itu, ribuan malaikat bersiap sedia menunggu untuk mengangkat ibadat hamba Allah yang beribadat dengan penuh keimanan dan ketakwaan, dari alam dunia ke langit.
Malaikat Jibril bersama malaikat lain turun ke bumi untuk mendoakan setiap manusia yang beribadat, berzikir dan berdoa kepada Allah SWT pada malam itu dan Allah menyatakan kepada malaikat bahawa doa yang dipohon kepada-Nya ketika itu akan dimakbulkan.
Lebih istimewa adalah ibadat seorang hamba Allah pada malam itu digandakan sehingga menyamai nilai ibadat yang dilakukan selama 1,000 bulan atau selama 83 tahun empat bulan seperti firman-Nya:
Malam lailatul qadar lebih baik daripada seribu bulan,” (al-Qadr, ayat ketiga).
Pada malam lailatul qadar itu juga, Allah memberikan nilai keampunan yang terlalu tinggi untuk hamba-Nya yang beribadat seperti sabda Rasulullah SAW:
Barang siapa menunaikan ibadat pada malam al-Qadr dengan penuh keimanan dan pengharapan, Allah akan mengampunkan segala dosa yang sudah dilakukannya.” (Riwayat al-Bukhari dan Muslim).
Demikianlah antara gambaran betapa istimewanya malam lailatul qadar, suatu malam paling mulia dan berkat yang berlaku hanya sekali dalam 365 hari, setiap tahun.
Pensyarah Jabatan Dakwah dan Pembangunan Insan, Akademi Pengajian Islam Universiti Malaya (UM), Roslan Mohamed, berkata malam lailatul qadar adalah anugerah utama Allah SWT khusus kepada umat Nabi Muhammad SAW saja malah berlaku pula hanya pada Ramadan dan tidak pada bulan lain.
Mengikut Imam Malik, sejarah malam lailatul qadar bermula apabila Nabi Muhammad SAW sedar yang usia umat Baginda tidak sepanjang usia umat terdahulu, hanya antara 60 tahun hingga 70 tahun, malah Rasulullah SAW sendiri wafat ketika usianya 63 tahun.
Menyedari hakikat itu, Rasulullah berdoa kepada Allah SWT memohon supaya umatnya dapat beribadat sama dengan nilai ibadat umat terdahulu lalu disebabkan kasihnya Allah SWT terhadap baginda, Allah SWT mengurniakan malam lailatul qadar,” katanya.
Imam Qurtubi pula menjelaskan bahawa dikurniakan malam lailatul qadar itu sebagai tanda cintanya Allah SWT kepada Nabi Muhammad SAW dan umat baginda melebihi umat lain dan dikurniakan malam istimewa itu juga bagi menghiburkan hati Rasulullah SAW.
Bagaimanapun, suatu perkara yang sering diperdebatkan ketika membicarakan soal malam lailatul qadar adalah pada malam bilakah ia akan berlaku?
Hakikatnya tiada siapa mengetahui bila malam lailatul qadar akan berlaku termasuk Nabi Muhammad sendiri. Dalam satu kisah yang diriwayatkan Imam Muslim, diceritakan yang Rasulullah hampir memberitahu sahabat mengenai waktu berlaku lailatul qadar tetapi akhirnya tidak kesampaian,” katanya.
Selepas kerap ditanya sahabat, Allah SWT akhirnya memberi wahyu kepada Rasulullah dengan menerangkan bilakah berlakunya malam lailatul qadar.
Selepas menerima wahyu daripada Allah SWT, Baginda berjalan untuk menemui sahabat bagi memberitahu tanda berlakunya malam itu. Bagaimanapun, ketika dalam perjalanan, Baginda menemui dua sahabat yang sedang bertengkar.
Baginda kemudian sibuk meleraikan pertengkaran dua sahabat itu dan akhirnya Rasulullah SAW terlupa tarikh atau masa malam al-Qadr seperti diwahyukan Allah,” katanya.
Roslan berkata, kalangan ulama berpendapat bahawa antara hikmah terlupanya Rasulullah SAW akan tanda-tanda malam lailatul qadar adalah supaya manusia berusaha sendiri mencari malam berkenaan.
Ulama silam, Syeikh Ahmad Abduh yang turut berpandangan sedemikian menyebut bahawa Allah hanya memberikan hidayah kepada mereka yang berusaha mencarinya sekali gus menggambarkan yang malam lailatul qadar hanya akan diberi kepada mereka yang ikhlas beribadat pada 10 malam terakhir Ramadan.
Ulama lain pula berpendapat yang dirahsiakan malam 1,000 bulan itu kerana membabitkan persoalan ketentuan qada dan qadar Allah SWT.
Jika Nabi Muhammad SAW sudah memberitahu waktu berlakunya malam lailatul qadar, maka tidak ramai lagi umat Islam akan berusaha sebaliknya hanya menunggu dan beribadat pada malam itu saja dan tidak pada malam lain,” katanya.
Penelitian terhadap hadis Rasulullah SAW mendapati Baginda sekadar menyatakan malam lailatul qadar itu berlaku pada 10 malam terakhir Ramadan selain malam ganjil pada 10 malam terakhir Ramadan serta terdapat hadis menyatakan pada malam 27 Ramadan.
Malam lailatul qadar penuh dengan rahmat kepada umat Islam yang patuh mengerjakan ibadat sepanjang Ramadan.
Beberapa ulama muktabar antaranya Imam Nawawi dan Ibnu Hazm berpendapat bahawa malam lailatul qadar bergilir dari setahun ke setahun, misalnya jika tahun ini berlaku pada malam 21 Ramadan, tahun hadapan akan berlaku pada malam 23 Ramadan.
Jumhur ulama menyatakan lailatul qadar berlaku pada malam 27 Ramadan berdasarkan hadis daripada Ubai ibn Kaab:
Bahawa Rasulullah SAW memerintahkan kami menunaikan ibadat pada malam itu dan awal pagi 27 Ramadan, tandanya ialah matahari pada awal pagi dalam keadaan tenang, putih dan tidak pucat cuacanya,” (riwayat Tirmizi).
Sahabat Rasulullah SAW, Ibnu Abas pula berijtihad bahawa malam lailatul qadar adalah malam ke-27 Ramadan berdasarkan penelitiannya terhadap rahsia surah al-Qadr.
Beliau mendapati ada 30 perkataan dalam surah berkenaan dan perkataan ‘Salamun Hiya’ (Sejahteralah malam itu) terletak pada perkataan ke-27.
Bagaimanapun, apa yang Nabi Muhammad SAW tuntut bukanlah untuk mencari bilakah malam itu akan berlaku tetapi Baginda menyuruh supaya kita beribadat sebanyak mungkin pada 10 hari terakhir Ramadan.
Itu yang patut diperbetulkan dalam persepsi masyarakat dan diamalkan, malah sunnah Rasulullah, baginda sendiri menghidupkan 10 malam terakhir Ramadan.
Jika kita kita beribadat terus-terusan pada 10 malam terakhir Ramadan, maka kita pasti akan beribadat pada malam lailatul qadar malah kita tidak akan rugi apa-apapun jika beribadat pada malam selain malam itu,” katanya.
Justeru, seperti juga saranan Ibnu Qayyim, umat Islam seharusnya memperbanyakkan ibadat pada malam itu dengan membaca al-Quran, berzikir, beristighfar dan bertaubat, bertahajud, memohon doa, bersedekah jariah, bermuhasabah, bertafakur dan menangisi segala dosa silam.
Amalan mulia pada 10 malam terakhir Ramadan wajar diteruskan pada bulan lain, kerana ia boleh membentuk peribadi dan akhlak Muslim sejati. Ibadat tidak sepatutnya pada Ramadan saja kerana hubungan Allah dan umat Islam perlu sentiasa diperkukuhkan.
Sikap syukur kepada rahmat Allah akan mendekatkan manusia dengan pencipta-Nya. Perbanyakkan amalan pada 10 malam terakhir Ramadan, akan membentuk peribadi Muslim yang takwa dan sujud kepada Allah.

Sabtu, 29 Mei 2010

Basmallah dan Surat At - Taubah


Pendapat Pertama
mengatakan bahwa telah menjadi kebiasaan orang orang Arab pada zaman dahulu apabila ada di antara mereka perjanjian tertulis maka mereka menuliskan bismillah, akan tetapi jika ingin membatalkan perjanjian tersebut, mereka menuliskannya tanpa membubuhi basmallah. Ketika turunnya Surat at-Taubah yang menandai tidak berlakunya perjanjian antara Rasulullah dan orang musrikin, Rasulullah s.a.w. mengutus Ali bin Abi Thalib membacakan surah tersebut dengan tanpa menyertakan basmallah di awalnya.


Kedua, pendapat yang mengatakan bahwa terdapat kesamaan antara surah at-Taubah dengan surah sebelumnya al-Anfal, maka dikatakan bahwa surat at-Taubah merupakan kelanjutan dari surah sebelumnya, sehingga tidak ada basmalah di awal surah tersebut. Pendapat ini berdasarkan sebuah hadist yang diriwayatkan oleh Tirmidzi.

Ketiga, surat at Taubah berdekatan dengan surat al Baqoroh dan mempunyai kesamaan antara keduanya, maka tidak dituliskan basmalah di awal surat.

Keempat, pendapat yang mengatakan bahwa ketika dilakukan kodifikasi mushaf pada zaman kakhalifahan Ustman r.a, terdapat perbedaan pendapat antara para penulis mushaf, apakah surah at-Taubah dan al-Anfal merupakan satu surah atau dua surah yang berbeda? Untuk mengambil jalan tengah dari dua pendapat tersebut, maka ditetapkan bahwa surah at-Taubah dan al-Anfal adalah dua surah dengan tanpa menuliskan basmallah di awal surat at-Taubah.

Kelima, diriwayatkan oleh Abdullah bin Abbas, ketika ditanya oleh Ali bin Abi Thalib kenapa tidak dituliskan basmalah diawal surat Taubah? Beliau menjawab, "bismillahirrohmanirrohim" mempunyai makna keamanan dan perdamaian, dan surat at-Taubah turun dalam bayang-bayang pedang ketika perang Tabuk, dimana tidak ada situasi aman pada saat itu. Basmallah itu sendiri menyiratkan makna rahmat kasih sayang, sedangkan surah at-Taubah banyak berisi kecaman dan sanggahan terhadap sikap orang-orang munafiq dan orang kafir, maka tidak ada rahmat bagi mereka.
 
Keenam, Ada juga riwayat yang menyatakan bahwa malaikat Jibril tidak menyertakan basmalah ketika menurunkan surah at-Taubah.
   

Minggu, 23 Mei 2010

Jangan Lewat Depan Orang Yang Sedang Sholat


Kejadian ini sudah seringkali aku lihat, selesai sholat berjama’ah ada seseorang (katakanlah A) dg tenangnya berjalan (dari arah shaf depan) di depan orang yg sholat (katakan si B, yg kebetulan ketinggalan menjadi ma’mum), hanya karena si A merasa ibadahnya sudah selesai dan ingin segera keluar.
Tindakan yg aku lihat tidak hanya seperti di atas. Di lain kesempatan, aku juga saksikan si C dg tenangnya melewati pundak si D yg sedang tahiyyat akhir hanya karena ingin bisa keluar dari mushola/masjid.
Saudara-saudaraku para pembaca blog ini, TINDAKAN A DAN C INI JANGAN DITIRU!!!
Rasululloh SAW mengecam dengan keras orang2 yg lewat di depan orang yg sedang sholat! Bahkan beliau menyatakan bahwa TINDAKAN/PERBUATAN LEWAT DI DEPAN ORANG YG SHOLAT ADALAH PERBUATAN DOSA, sebagaimana riwayat berikut,Busr bin Abi Sa’id mengatakan bahwa Zaid bin Khalid menyuruhnya menemui Abu Juhaim. Ia perlu menanyakan kepadanya, apa yang pernah ia dengar dari Rasulullah mengenai orang yang berjalan di depan orang yang sedang mengerjakan shalat. Kemudian Abu Juhaim berkata, “Rasulullah bersabda, ‘Seandainya orang yang lewat di muka orang yang sedang shalat itu mengetahui dosa yang dibebankan kepadanya, niscaya ia berdiri empat puluh lebih baik daripada ia lewat di depannya.”‘ Abu Nadhar (perawi) berkata, “Saya tidak mengetahui, apakah beliau bersabda empat puluh hari, atau empat puluh bulan, atau empat puluh tahun.”
Dari pernyataan Rasululloh SAW di atas nyatalah bahwa lebih baik kita menunggu orang tersebut selesai sholat sebelum kita akhirnya lewat di depannya! Bahkan menunggu hingga empat puluh hari, empat puluh bulan, bahkan hingga empat puluh tahun jauuuh lebih baik dan lebih utama!
Mengapa Rasululloh SAW demikian peduli dan memperhatikan hal ini?
Saudara-saudaraku, ALLOH SWT (melalui Rasul-Nya) menetapkan sholat sebagai rukun Islam no 2 jelas bukan tanpa alasan. Dalam sholat terdapat PERTEMUAN KHUSUS (PRIBADI) antara seorang hamba dengan Sang Khalik. Bagaimana seorang manusia yg lemah, dhaif telah mengkhususkan waktu dan tempat untuk bertemu dan berdialog serta mengadu dan berserah kepada-Nya. Maka ALLOH SWT (melalui Rasul-Nya) melarang orang lain untuk mengganggu pertemuan tersebut.
Bisa dianalogikan, kita bertemu dengan pejabat penting, lalu tiba-tiba ada orang lain dengan seenaknya lewat di antara kita dan pejabat tersebut. Jelas kita akan marah karena pertemuan kita terganggu oleh tindakan ’selonong boy’ tersebut.
Jika kita saja tidak suka pertemuan kita dengan pejabat penting saja diganggu, mengapa kita tidak bisa ‘marah’ apabila pertemuan kita dengan ALLOH SWT diganggu?

Selasa, 18 Mei 2010

meluruskan shof


Meluruskan shof adalah wajib hukumnya, dalilnya adalah hadist Nu’man bin Basyir r.a , bahwasanya Rosulullah saw bersabda :
“Luruskan (samakanlah) shaf-shaf kalian (beliau mengulangi 3 kali), maka demi Allah  hendaklah kalian meluruskan shaf kalian atau sungguh Allah akan menyelisihkan diantara hati-hati kalian.”  (Hadist Shahih Riwayat Abu Dawud).
Di dalam riwayat lain disebutkan :
“Hendaklah Kalian meluruskan shaf-shaf kalian atau Allah akan menyelisihkan di antara wajah-wajah kalian.” (HR. Bukhari).
Perintah dalam dua hadist di atas mempunyai arti wajib, karena dibelakangnya terdapat ancaman bagi yang tidak melaksanakan perintah tersebut.

Ketika imam mengucapkan, “Sawu sufufakum…” saya dengar orang disebelah saya mengucapkan, “Sami’na wa atho’na,” apakah ini sunnah?
Jawaban :
Ketika imam mengucapkan, “Sawu sufufakum…” Tidak ada keharusan seseorang mengucapkan “Sami’na wa atho’na,” kalau ini diucapkan oleh salah seorang jama’ah dan menyakini bahwa hal ini adalah sunnah, maka dia telah berbuat bid’ah, karena tidak ada dalil yang mengharuskan untuk mengucapkan seperti itu. Tetapi yang penting adalah seorang makmum segera mentaati perintah imam tersebut untuk merapatkan dan meluruskan shof.

Sabtu, 17 April 2010

DOA

Di dalam kesibukan menjalankan pekerjaan harian, kita kadangkala terasa payah melakukan sesuatu. Bagaimanapun, kita selalu terlupa Allah subhana wa ta'ala berada di samping kita dan telah berjanji akan memudahkan hidup kita jika kita memintanya. Di dalam surah Al-Mukmin ayat 60, Allah menjelaskan:



Berdoalah kepada Ku, niscaya akan Ku perkenankan bagimu, sesungguhnya orang-orang yang menyombongkan diri dari menyembah Ku akan masuk neraka jahannam dalam keadaan hina dina!
Doa dalam bahasa arab, berasal dari kata ( دَعَا - يَدْعُو - دَعْوَة ) yang bererti, memanggil, memohon atau meminta. Orang yang berdoa artinya orang yang mengajukan permohonan kepada Allah tentang kebaikan diri, keluarga dan harta benda,urusan dunia, agama dan akhirat. Meminta turunnya rahmat dan terhindar dari bencana.

Di dalam Al-Quran kata-kata doa banyak kita temukan dalam beberapa ayat dan surah, mempunyai beberapa arti yang berbeda kandungan dan makna dari ayat-ayatnya dengan perbedaan susunan kalimat-kalimatnya pula.
Contohnya:


a. Doa yang berarti ibadah atau menyembah. Sebagaimana firman Allah:


Dan jangan kamu berdoa (menyembah) selain Allah, sesuatu yang tidak memberi manfaat dan mudharat kepadamu...
(Surah Yunus ayat 106)
b. Doa yang berarti Istighathah (meminta tolong). Seperti Firman Allah:
...dan minta tolonglah kepada saksi-saksimu (sekutu-sekutumu) selain Allah jika kamu orang-orang yang benar.
(Surah Al-Baqarah ayat 23)
c. Doa yang berarti As-Sual (memohon), Seperti Firman Allah:
...mintalah kepadaKu, akan Ku perkenankan pintamu...
(Surah Al-Mukmin ayat 60)
d. Doa yang berarti An-Nidaa' (panggilan). Seperti Firman Allah:
Iaitu pada hari DIa memanggil kamu...
(Surah Al-Isra' ayat 52)
e. Doa yang berarti Ath-Thana' (pujian). Seperti Firman Allah:
Katakanlah Pujilah Allah atau Pujilah Ar-Rahman...
(Surah Al-Isra' ayat 110)
f. Doa yang berarti Al-Qaul (ucapan). Seperti Firman Allah:
Ucapan mereka di dalamnya ialah: Maha Suci Ya Allah...
(Surah Yunus ayat 10)